HTI Diberangus, Adalah Sebuah Keniscayaan

Bay Malik

Catatan alumni Fiad yang tinggal di Sydney.

Bay A. Malik
——————–

 

 

 

Saya pernah melihat demo yang diselenggarakan oleh Socialist Alliance (Aliansi Sosialis) di Sydney. Demo yang dihadiri puluhan ribu orang ini mengangkat tema “Anti Racism and Immigrants Rights”.

Yang sangat menarik adalah keberadaan sekelompok pemuda dengan pakaian serba hitam mengatas namakan organisasi Ultra Nationalist (Ultra Nasionalis). Pada awalnya, saya tidak mengerti penyebab terjadinya perang mulut antara aktivis Sosialis dan Ultra Nasionalis. Setelah membaca brosur yang dibagikan oleh aktivis Ultra Nasionalis, yang menyatakan bahwa keterpurukan ekonomi Australia disebabkan oleh datangnya para imigran Asia, yang mengambil sektor pekerjaan orang-orang kulit putih, saya menjadi paham.

Aktivis Sosialis merasa agenda aktivis Ultra Nasionalis bertabrakan dengan tema yang sedang mereka angkat, sedang aktivis Ultra Nasionalis mengatakan adalah hak mereka untuk menyampaikan pendapat.

Ketika long march akan dimulai, beberapa puluh perempuan aktivis Sosialis membentuk pagar betis menutup jalan agar aktivis Ultra Nasionalis tidak bisa ikut long march. Aktivis Ultra Nasionalis tidak berani menabrak pagar betis hidup ini, sebab mereka takut terkena sangsi hukum melakukan tindak kekerasan.

Maka terjadilah tontonan menarik adu mulut antara kedua kelompok itu, 
sementara puluhan ribu massa mulai 
berjalan melakukan long march.

Kedua organisasi yang dianggap mengusung ide ekstrim jika dibandingkan ide Kapitalisme yang diusung pemerintah penguasa, mendapatkan jaminan berkiprah di tengah masyarakat, selama mereka hanya menyampaikan gagasan-gagasan tanpa kekerasan.

Berbagai gagasan ide mendapatkan kesempatan untuk berkiprah di masyarakat Australia. Bahkan di Sydney terdapat festival tahunan berjuluk “Festival of Dangerous Idea (Pagelaran Ide-ide Berbahaya).”

fountain-pen-442066_640

Sekilas tampak aneh dalam pikiran saya, bagaimana mungkin ide-ide berbahaya dipagelarkan dan didiskusikan secara terbuka untuk “dinikmati” masyarakat umum. Tetapi saya segera maklum, bahwa salah satu pilar demokrasi yang diagung-agungkan pemujanya adalah kebebasan berbicara.

Pada tahun 2014, panitia penyelenggara mengundang Salman Rusdie, penulis ini sangat dibenci oleh umat Islam karena banyak ide-idenya yang melecehkan Islam dan Nabi Muhammad Saw, bahkan Khomeini pernah mengeluarkan fatwa untuk membunuh Salman Rushdie.

Sebagai penyeimbang panitia memasukkan Uthman Badar, juru bicara Hizbut Tahrir Australia sebagai pembicara, dimana ide-ide Islam yang menjadi dasar pemikiran Hizbut Tahrir Australia dianggap berbahaya.

Beberapa hari menjelang festival dilaksanakan, juru bicara Hizbut Tahrir Australia dilarang untuk menyampaikan gagasannya. Alasan pelarangan adalah gagasan yang akan disampaikan dianggap akan memprovokasi pemikiran orang-orang dalam diskusi nantinya.

Sebuah alasan yang sangat sulit dicerna kebenaran dan kejujurannya. Ini adalah pertunjukan akrobatik standar ganda kebebasan berbicara dalam alam Demokrasi. Ketika anda menyampaikan gagasan-gagasan gila untuk mendestruksi Islam, anda akan mendapatkan tempat layak. Tetapi ketika anda menyampaikan gagasan-gagasan berdasarkan ideologi Islam, anda akan diperlakukan sebagai seorang pesakitan.

Maka saya menjadi tidak heran, ketika beberapa hari lalu mendengar pemberangusan kelompok dakwah tanpa kekerasan Hizbut Tahrir Indonesia oleh penguasa represif dengan alasan ide-ide yang dibawa membahayakan NKRI dan Pancasila. Sebab ketika anda menyampaikan sebuah gagasan, meskipun dianggap banyak orang mimpi yang tidak mungkin terwujud, tetapi gagasan yang anda bawa berdasarkan ideologi Islam, anda akan diberangus.

Sebab ideologi Islam yang ditawarkan sebagai alternatif, akan membawa perbaikan disemua sendi kehidupan bermasyarakat, dari sistem sosial sampai sistem ekonomi. Perbaikan ini sangat menakutkan penguasa dan pengusaha korup, karena akan mengancam kehidupan mapan mereka, tetapi akan mengangkat kehidupan rakyat banyak yang terpuruk.

Love

Dan satu-satunya kesalahan Hizbut Tahrir Indonesia dimata penguasa korup, adalah menawarkan Islam sebagai pengganti ideologi Kapitalisme-Liberalisme yang telah merusak semua sendi kehidupan bermasyarakat.
Wallahu Musta’an….

Sydney 10 Mei 2017

#KamiBersamaHTI
Tags:
author

Author: 

Ikatan Alumni Fiad ( IKALFIAD ) Surabaya, adalah wadah bertemu dan berinteraksinya para alumnus yang sudah menyelesaikan pendidikan di Fiad, maupun yang belum lulus.

Tinggalkan Balasan