Perhatikan Hatimu Agar Kau Bahagia
PERHATIKAN HATIMU AGAR KAU BAHAGIA
Muhammad Syahrul Mukarrom, S.Ag., M.Si
(Alumni FIAD ’94)
Banyak orang dalam mencari rizki (baca: dunia) tidak mengindahkan batasan halal
dan haram. Mereka mengira bahwa kebahagian terletak pada banyaknya materi.
Mereka beranggapan bahwa apabila seseorang mempunyai rumah mewah, mobil wah,
perusahaan banyak, dan simpanan uang di bank yang melimpah, maka orang tersebut
bisa disebut bahagia. Tapi, pada kenyataannya, orang seperti ini justru kehidupannya
menderita. Sehingga, tak jarang orang itu terkena stress dari berbagai masalah yang
menimpanya. Dalam kondisi seperti itu, ternyata harta tidak bisa selalu memecahkan
masalah. Hanya harta yang di tangan orang yang shaleh saja yang bisa
membahagiakan. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Sebaikbaik harta yang
baik adalah di tangan orang yang shaleh.” (Adabul Mufrad Al Bukhari)
Ada kalanya orang menyangka bahwa jabatan atau kedudukan sosial dapat
mengantarkan pada kehormatan yang dapat membahagiakan. Untuk tujuan itu, banyak
orang menyuap dan berbuat apa saja agar menduduki jabatan tertentu. Mereka
berasumsi bahwa tempat tersebut terhormat dan basah. Biasanya, cara perolehan
jabatan seperti ini banyak menimbulkan masalah di belakang hari, terutama menjadi
lahan subur bagi para penjilat dan kelompok oportunis. Bisa diduga bahwa karir itu
akan
berakhir dengan kekecewaankekecewaan sebab dibangun dengan landasan yang rapuh dan berkhianat terhadap amanat jabatan tersebut. Memang jabatan tidakselamanya membawa kebahagiaan. Bahkan, tanggung jawabnya berat sekali di hari
kemudian. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.. bersabda kepada Abu Dzar al-
Ghifari Rodhiyalloohu ‘anhu, “Apabila kamu lemah, jangan kamu memangku jabatan,
karena itu ada
lah amanat dan akan menjadi penyesalan pada hari kiamat kelak.”
Sementara itu, sebagian manusia “hidung belang” beranggapan bahwa kebahagiaan terletak pada pelampiasan nafsu kepada wanita sebanyak dan secantik mungkin. Banyak wanita yang lemah imannya jatuh ke pangkuannya. Dia bagaikan orang yang minum air laut, semakin diminum semakin haus. Tiada hentinya dia mengarungi lautan perzinaan. Banyak dari mereka yang berakhir dengan mengidap penyakit berbahaya. Demikian akibat menyalahi aturan Alloh Subhanahu wata’ala. Model pemuda seperti ini pernah datang kepada Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam.. dan menyatakan bersedia memasuki Islam dengan satu syarat agar dia
dibolehkan berzina karena dia merasa paling suka sama perempuan. Kemudian
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.. membisiki telinga pemuda tadi seraya
bertanya, “Apakah engkau rela ibumu dizinai orang?”
Dia menjawab, “Tidak.”
“Apakah engkau rela saudaramu dizinai orang?”
Dia menjawab, “Tidak.”
“Mengapa engkau rela menzinai (mungkin itu) ibunya orang, atau saudarinya orang,
atau tantenya orang lain.”
Karuan saja pemuda itu bergumam, “Sungguh, saya kelewatan.”
Sejak itulah dia berkata, “Tidak ada perbuatan yang paling saya benci melebihi
berzina.”
Banyak orang menempuh berbagai cara untuk mendapatkan kebahagiaan, tapi
tak mendapatkannya. Ibnu Hazm Rohimahulloohu ta’ala, seorang ulama hebat dari
Andalusia, Spanyol, pernah mengatakan bahwa seluruh manusia berjalan ke satu arah,
yaitu mengusir ketakutan untuk mencapai kebahagiaan. Karena takut miskin, manusia
bekerja keras mendapatkan harta agar kaya. Karena takut bodoh, manusia mencari
ilmu agar pintar. Karena takut hina, manusia mencari kedudukan agar terhormat, dan
sebagainya. Tapi, cara apa pun yang ditempuh manusia untuk mendapatkankebahagiaan tidaklah dapat terwujud kecuali dengan addin (agama Islam). Dengan
Islam bukan saja kebahagiaan dunia yang diperoleh, tapi juga kebahagiaan di
akhirat.
Pusat Kebahagiaan
Pusat kebahagiaan itu terletak di hati. Apabila hati seseorang itu dipenuhi dengan cahaya keimanan sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya, dia akan bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bagi mereka yang berpaling dari jalan Allah dan mengikuti jalan lain dengan konsepsi syaitan dan konco-konconya, pasti cepat atau lambat akan mendapat kesengsaraan dunia, apalagi di akhirat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, ….” (QS. Thaha: 124).
Allah hanya menerima hati yang bersih, tulus ikhlas kehidupannya, dengan berbagai variasinya dipersembahkan hanya untukNya. Allah Ta’ala berfirman, “(Yaitu)
di hari harta dan anakanak lakilaki tidak berguna, kecuali orangorang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. AsySyu’araa: 8889). Karena, hati ini
sebagai penggerak dan penentu kebahagiaan seseorang, maka harus diperhatikan.
Seperti disinyalir Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.., “Ketahuilah bahwa dalam
jasad manusia terdapat segumpal darah, kalau dia baik seluruh jasadnya baik. Namun,
apabila dia rusak, seluruh jasadnya rusak. Itulah hati.” (HR. Bukhari).
Hati Seperti Rumah
Sebagian ulama salaf menggambarkan bahwa hati ini seperti rumah yang mempunyai
pintu dan jendela. Apabila penjagaan pintu dan jendela tidak ketat, bisa dipastikan seisi
rumah akan dikuras oleh maling. Pintu dan jendela tersebut adalah mata, telinga, dan
seluruh anggota tubuh. Sedangkan malingnya adalah syaitan dan kronikroninya. Kita
berkewajiban untuk menjaga hati dan mengisinya dengan tazkiyah (penyucian) sesuai
petunjuk AlQur’an dan sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.
Macam-macam Hati
Perlu diketahui bahwa hati itu bekerja sesuai dengan fungsinya, sebagaimana anggota tubuh kita bekerja sesuai dengan fungsinya. Awalnya hati itu hidup. Tapi, proses berikutnya bila tidak dijaga dan diisi dengan tazkiyah, dia bisa sakit, bahkan mati. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.. menggambarkan hati itu dalam sabdanya, “Permisalan petunjuk dan ilmu yang ditugaskan Allah kepadaku bagaikan air hujan yang turun ke bumi. Di antaranya mengenai tanah yang subur dapat
membawa air untuk manusia bahkan pepohonan. Ada yang mengenai tanah tandus
dapat menahan air tapi tak dapat menghidupkan pepohonan. Ada pula tanah yang
datar dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan pepohonan. Tanah pertama
seperti hatinya mukmin yang menyerap ilmu Islam serta mengaplikasikannya. Tanah
kedua hatinya orang munafik yang bisa menyerap ilmu Islam tapi tidak menjalankannya. Tanah ketiga seperti hatinya orang kafir yang tidak mengindahkan ajaran Islam, apalagi mengamalkannya.” (HR Bukhari).
Semoga kita senantiasa mensucikan hati agar menjadi hidup dan menggapai bahagia dunia akhirat. Amin Yaa Robbal ‘aalamiin. Walloohu a’lam bish showaab. (MSM)
admin8 tahun ago
Coba buat tulisan lewat android
admin8 tahun ago
Silakan yg lain nyusul
admin8 tahun ago
Smga bermanfaat.
admin8 tahun ago
Amin yaa Robbal ‘aalamiin